Slider

Recent Tube

Bisnis

Sosial

Tren

Teknologi

Olahraga

Galeri

» » #Pilgubsu2018: Ketika #PilkadaSerentak Dinilai Sehatkan Ekonomi

Tahun 2018 ini akan digelar 171 pemilihan kepala daerah (pilkada) terdiri dari 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten. Ekonom senior Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad H Wibowo mengatakan hajatan Pilkada serentak tahun ini meski ada risiko politik namun akan berdampak positif bagi perekonomian.

Dradjad yang juga anggota Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional ini mengatakan belanja KPU dan calon kepala daerah akan mampu menguatkan daya beli dan konsumsi rumah tangga. "Terutama masyarakat di daerah," kata Dradjad dalam keterangan tertulisnya Selasa (16/1/2018).

Menurut Dradjad saat ini proporsi konsumsi rumah tangga adalah sekitar 55-56% dari Pendapatan Domestik Bruto. Hitungan kasar dia, belanja pilkada bisa menyumbang tambahan pertumbuhan konsumsi sekitar 0,2-0,3%.

"Ini jika efek multipliernya tidak dihitung, yang mungkin cukup besar karena yang naik adalah konsumsi di daerah," papar Dradjad.

Momen Pilkada serentak di 171 daerah ini menjadi salah satu faktor internal (dalam negeri) yang diprediksi bisa berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Ada juga faktor eksternal yang berpeluang menopang pertumbuhan ekonomi, yakni perekonomian global sedang menguat.

Tren perdagangan global saat ini, kata Dradjad, sedang sangat positif. Ini terlihat dari the Baltic Dry Index yang melonjak dari 900 pada awal 2017 menjadi 1400 pada akhir 2017.

Harga komoditi juga naik pesat. Bloomberg Commodity Spot Index (BCOMSP) saat ini berada pada level 358,4, tertinggi sejak 2016. BCOMSP adalah Indeks harga spot dari komoditas dunia. Selama 2017 BCOMSP naik 7,43%.

"Bagi Indonesia, BCOMSP merupakan indikator penting. Karena, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh ekspor dan harga komoditas," kata Dradjad.

Di pasar keuangan, kondisinya pun sangat positif. Indeks MSCI (Morgan Stanley Capital International)-sebuah indeks pertumbuhan pasar modal dunia-melejit rata-rata 22% di 47 negara selama tahun 2017. Dow Jones Industrial Average menembus 25000. Pasar modal mulai dari London hingga Tokyo ikut pecah rekor. Undang-undang pajak yang baru dari Donald Trump ikut memberi sentimen positif bagi pelaku pasar modal.

"Singkatnya, ekonomi global sedang menguat," kata dia.

Menurut Dradjad, mayoritas pelaku dan analis pasar dunia juga cenderung optimistis melihat 2018. "Memang ada risiko seperti tingkat dan tren utang China, kebijakan proteksionis Trump dan Brexit. Tapi secara umum, ekspektasi dunia sedang positif," tuturnya.

Dengan dua faktor di atas, Dradjad yakin Indonesia seharusnya bisa mendobrak stagnasi pertumbuhan pada tahun 2018. Target 5,4% semestinya bisa relatif mudah dicapai.

Jika ingin lari lebih kencang, memang pemerintah perlu membenahi faktor domestik yang membuat kita kehilangan momentum tahun 2017. "Contohnya antara lain kebijakan populis anti-bisnis dari beberapa beberapa kementerian serta kelemahan implementasi kebijakan ekspor dan investasi," kata Dradjad. (sumber)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar: